Semula hanya dikira flu, Jawaun Brown tak menyadari bahwa gejala yang dialaminya berarti lebih serius dari itu. Kondisi ini pertama kali disadari Brown saat mengunjungi rumah ibunya pada bulan Juni 2013 lalu. Namun hanya dikira karena cuaca yang sedang tidak menentu, ia tak terlalu ambil pusing. Padahal tubuhnya demam sampai gemetaran dan muntah-muntah.
Pria yang sempat berprofesi sebagai fotografer dan PNS itu kemudian memutuskan bermalam di rumah sang ibu. Keesokan paginya, ibu Brown, Yolanda mengecek keadaan putranya. Ketika dipanggil, Brown tak menyahut dan Yolanda sempat melihat kaki kanan putranya tampak lebih besar dari kaki kirinya.
Sontak Yolanda langsung menghubungi ambulans, yang membawa pria berumur 37 tahun itu ke sebuah rumah sakit di Wintersville, Ohio. "Di dalam ambulans, saya antara sadar dan tidak," tutur Brown seperti dikutip The Sun, Rabu (2/3/2016).
Sesampainya di rumah sakit, Brown langsung menjalani operasi yang berlangsung selama enam jam. Kaki pria ini diiris lebar-lebar, mulai dari lutut hingga pahanya lalu lemak dan kulit di kaki Brown dipotong sepanjang 9 cm. Dari hasil tes darah dan kultur jaringan yang dilakukan tim dokter, akhirnya terungkap bahwa Brown terkena infeksi necrotizing fasciitis, bakteri pemakan daging.
Bakteri ini merangsek masuk ke tubuh Brown lewat ingrown hair atau bulu kaki kanannya yang tumbuh ke dalam. Brown tentu tak menyadari sama sekali jika ia memiliki ingrown hair ini.
Untuk menghentikan infeksi, tim dokter lantas menyuntikkan sejumlah antibiotik. Namun meski operasi telah selesai dilakukan, kondisi Brown tak kunjung membaik hingga ia akhirnya dipindahkan ke West Penn Hospital, Pittsburgh, Pennsylvania untuk menjalani cangkok kulit.
Di rumah sakit tersebut, infeksi di kaki Brown juga 'disedot' habis. Saat itu kondisi Brown koma hampir empat bulan lamanya.
Bangun dari koma, Brown sudah tak bisa berjalan, sehingga ia harus menjalani terapi khusus. Tetapi karena tak henti berlatih, Brown bisa berjalan lagi pada bulan Desember 2013, walaupun harus bergantung pada alat bantu.
Sayangnya, begitu Brown akhirnya bisa lepas dari alat bantu, salah satu tulang kakinya jatuh. Artinya ia harus belajar berjalan lagi dari awal.
Untungnya, Brown menghadapi cobaan ini dengan pikiran positif. "Saya sungguh beruntung karena pilihannya hanyalah saya kehilangan kaki atau nyawa," tutupnya.
Apalagi Brown ingat betul, dokter mengabarkan bahwa dirinya sempat kehilangan detak jantung di tengah operasi dan nyaris dinyatakan meninggal. Kini ia bersyukur masih diberi kesempatan kedua, sehingga Brown berencana menulis buku tentang pengalamannya dihampiri maut karena bakteri pemakan daging.
Sumber : forums.merdeka.com