Polisi Tembak Mati Istri yang Sedang Hamil Anak Ketiga



Dadang Hidayat (46), warga Gang Tower III RT 01/RW 02 Kampung Tegaldanas, Desa Hegarmukti, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, tak mampu membendung kesedihan.

Sesekali, pria ini menutupi wajah dan menjenggut rambutnya sendiri menggunakan kedua tangannya.

Dadang tak mampu menyaksikan proses pemakaman putrinya, Ani Fitriani (26), di tempat pemakaman keluarga di dekat rumahnya.

Dia juga tak menyangka, putri kesayangannya tewas secara tragis setelah ditembak di bagian kepala oleh suaminya sendiri, Brigadir ACK (28), anggota Satuan Detasemen D Brigade Mobile (Brimob), Sabtu (12/3/2016) pukul 02.00 dini hari.

Terlebih lagi, kondisi menantunya itu masih kritis setelah dia melakukan upaya bunuh diri dengan menembak bagian lehernya.

Menurut pantauan Warta Kota di lokasi, ratusan kerabat dan sanak saudara menghadiri proses pemakaman Ani. Proses pemakaman itu dikawal ketat oleh anggota Brimob Polda Metro Jaya dan kepolisian setempat.

Saat jenazah Ani dimasukkan ke dalam liang lahat, Dadang seketika menangis. Pria yang mengenakan kaus warna abu-abu ini lalu terduduk di tepi liang lahat anaknya.

Sejumlah sanak saudara lalu menenangkan Dadang dengan mengelus punggung dan dadanya. Tak banyak ucapan dan teriakan yang terlontar dari mulutnya. Usai proses pemakaman, rombongan lalu kembali ke rumah duka.

Berdasarkan data yang diperoleh, Ani tewas saat tengah mengandung anak ketiga yang berusia lima bulan.

Anak pertama dan keduanya laki-laki, bernama Tyo Maulana Sandika (6) dan Fajar Maulana (2,5).

Sebelum ada bunyi tembakan sebanyak tiga kali, terdengar suara keributan dari dalam rumah. Diduga, ACK nekat membunuh istrinya menggunakan senjata api Colt.

Kepada wartawan, Dadang menyatakan, peristiwa naas itu terjadi di ruang tengah rumahnya pada Sabtu pukul 02.00 dini hari. Saat itu, dia dan sang istri terbangun dari tidur karena mendengar bunyi tembakan sebanyak tiga kali.

"Saat saya cek, rupanya anak saya sudah tengkurap, dan dari kepalanya keluar darah. Tak jauh dari situ, menantu saya telentang dengan kondisi leher ada darah," kata Dadang di rumahnya, Sabtu.

Mengetahui kondisi anaknya berlumuran darah, Dadang lalu berteriak histeris. Bahkan, suaranya kini menjadi serak dan terdengar parau akibat berteriak terlalu keras. Takut pistol tersebut kembali disalahgunakan, Dadang lalu memindahkannya ke atas meja.

Sementara itu, para tetangga yang menghampirinya ikut membantu keluarga membawa pelaku ke rumah sakit terdekat. Namun, saat hendak dimasukkan ke dalam mobil, pelaku berontak hingga terjatuh ke samping mobil.

"Jujur, saya tidak percaya dengan kejadian ini. Kami sangatshock," kata Dadang.

Siti Rohana (35), tetangga korban, mengaku sempat mendengar suara tembakan sebanyak tiga kali. Awalnya, dia menduga, itu adalah bunyi petasan. Namun, saat asal bunyi ditelusuri, warga terkejut bahwa korban dan pelaku sudah terkapar di lantai rumah.

"Korban sudah tak bergerak, kemungkinan meninggal dunia, sedangkan suaminya mengerang kesakitan dan tak mau dibawa ke rumah sakit," kata Siti.

Siti menyatakan heran dengan kejadian tersebut karena selama ini tak pernah mendengar Ani dan suaminya berselisih.

Namun, menurut dia, warga juga kurang mengenal pelaku karena jarang pulang ke tempat tinggalnya yang merupakan rumah mertuanya.

"Suaminya sibuk dinas di daerah Jakarta, jadi jarang pulang dan sangat tertutup. Berbanding terbalik dengan Ani, dia sering bersosialisasi," ujar Siti.

Kepala Kepolisian Resor Kota Bekasi Komisaris Besar Muhammad Awal Chairudin menyatakan, ACK saat ini masih dalam penanganan petugas medis di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

"Kondisinya kritis karena mengalami luka tembak juga," ujar Awal.

Awal menjelaskan, sebelum aksi penembakan itu terjadi, ACK minta izin keluar rumah untuk bekerja di daerah Bekasi pada Jumat (11/3/2016) pukul 23.00.

Namun, setibanya di rumah pada Sabtu pukul 01.00 dini hari, keributan terdengar, dan berujung pada penembakan.

Awal pun menduga, motif penembakan ini karena masalah internal keluarga. Saat ditanya lebih dalam soal motif penembakan, Awal enggan menjelaskan.

"Dugaan sementara karena masalah internal, belum bisa dibeberkan lebih dalam karena masih penyelidikan. Suami korban juga masih dirawat di rumah sakit," kata Awal.

Aksi kejahatan yang dilakukan oleh oknum Polri terhadap anggota keluarganya sendiri bukan baru kali ini terjadi di Indonesia.

Sebelumnya, anggota Satuan Intelijen Polres Melawi, Brigadir Petrus Bakus, tega memutilasi dua anaknya di rumahnya. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (25/2/2016) sekitar pukul 24.00 di Asrama Polres Melawi, Kalimantan Barat.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi III bidang Hukum, HAM, dan Keamanan, Daeng Muhammad, menyatakan prihatin dengan tragedi tersebut.

Menurut dia, Polri harus menelusuri rekam jejak pelaku guna mengetahui apakah yang bersangkutan memiliki perilaku yang menyimpang atau tidak.

"Anda bayangkan, keluarga terdekat saja bisa jadi seperti ini (korban penembakan). Tidak menutup kemungkinan, ini terjadi di kalangan masyarakat biasa," kata Daeng saat menyambangi rumah korban.

Daeng mengaku telah berbincang dengan orangtua korban. Kepada Daeng, mereka mengaku tidak pernah mengetahui persoalan biduk rumah tangga anaknya karena mereka sangat tertutup.

Yang mengejutkan dari kejadian ini, kata dia, beberapa jam sebelum penembakan, mereka menggelar pengajian untuk memanjatkan doa terkait acara khitan anak korban.

Politisi PAN ini pun berencana menggelar rapat kerja dengan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti. Dia meminta agar Polri mengevaluasi penerimaan atau perekrutan anggota polisi dengan psikotes yang ketat.

"Bila perlu, lakukan pengontrolan bagi anggota yang dibekali senjata api tiap enam bulan sekali. Lakukan psikotes yang rutin untuk menghindari kejadian seperti ini," ujar Daeng.

Sumber : megapolitan.kompas.com

Subscribe to receive free email updates: