MEDIA sosial seakan tiada habisnya menyuguhkan sensasi. Ada lagi, seorang gadis kecil yang secara ekstrem posting fotonya tengah berpose tidak sepantasnya.
Tentunya ini adalah pergesaran norma yang memang tak bisa dikontrol. Namun, sebenarnya orangtua bisa mencegah sebelum hal yang tak diinginkan terjadi. Lantas, bagaimana? Berikut tindakan yang harus dilakukan oleh orangtua ketika anak berperilaku ekstrem di media sosial menurut psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli, kepada Okezone belum lama ini.
Pertama, orangtua sejak awal harus lebih dulu memahami dan menyadari apa itu media sosial dan sejumlah dampak atau konsekuensi yang mungkin bisa terjadi ketika sudah bergabung di dalamnya. Melepas anak di media sosial dengan memberi merekapassword tanpa memberi arahan dan persiapan ibarat melepas anak menyetir mobil sendiri dan memberi mereka kunci tanpa mengajarkan kepada terlebih dahulu bagaimana caranya menyetir.
Lantas, layakkah anak mempunyai akun media sosial? Layak, namun di usia tertentu dengan catatan setelah memperoleh sejumlah bimbingan dan arahan dari orangtua. Jangan pernah membiarkan anak memiliki akun facebook sebelum 15 tahun atau memiliki akun Twitter sementara orangtua tak punya akun Twitter dan tak mengertri apa itu Twitter.
Kedua, orangtua dapat melihat sejumlah tips yang banyak beredar di internet, misal,website parenting atau bertanya pada pakar secara langsung.
Ketiga, bila anak memiliki akun pastikan orangtua memantau dengan cara mendiskusikan bersama anak secara rutin mengenai aktivitasnya di media sosial. Mengingatkan mereka bahwa media sosial tetaplah sebuah ruang publik. Aktivitas pertemanan secara online sama saja dengan di dunia nyata atau offline. Sehingga, ada juga orang asing dan rahasia diri dan keluarga harus tetap dijaga.
Sumber : lifestyle.okezone.com