Setiap hari kerja, Watiyah (60) alias Mak Wati datang ke Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Bukan karena dia anggota DPR, Mak Wati datang ke rumah wakil rakyat tersebut hanya untuk menjajakan makanan.
Di gedung DPR, Mak Wati biasa berjualan di tiap lantai di gedung Nusantara I. Berbagai makanan basah dia jajakan, seperti lontong sayur dan gorengan. Soal harga, Mak Wati menjual mulai Rp 500 sampai Rp 7.000 dengan total pendapatan sekitar Rp 150.000 per hari.
Mak Wati yang memiliki lima orang anak, sebelumnya tak menyangka anak terakhirnya, Riska Panca Widowati (23) dapat melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Konstanz, Jerman.
Dia menceritakan, awalnya ketika Riska lulus Sastra Jerman di Universitas Negeri Jakarta pada 2007 silam, dia sempat melarang putri bungsunya itu melanjutkan kuliah ke luar negeri. Maklum sebagai orangtua, Mak Wati merasa ngeri dengan kehidupan dunia Barat yang identik dan terlanjur dicap dengan kebebasan yang berlebihan.
Namun, pemahaman Mak Wati terbuka, ketika dirinya mendapat banyak masukan dari kerabat dan orang dekatnya. Tak lama setelah itu, dia merestui putrinya terbang ke Jerman.
"Saya enggak tahu beasiswanya dari mana. Anak saya enggak ngajuin. Tapi ditawarin kuliah di Konstanz, tinggalnya di asrama," kata Mak Wati di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (8/5).
Mak Wati merasa bangga dengan tingkat pendidikan putrinya. Terlebih kondisi keuangan keluarganya yang serba pas-pasan, suaminya Wagimin hanya buruh bangunan. Hal itulah yang membuat Mak Wati bangga kepada putrinya.
Untuk mengobati rasa rindu kepada Riska, Mak Wati sering berkomunikasi melalui Skype. Sambil santai di rumahnya di sekitaran Cidodol Jakarta Selatan, Mak Wati mengaku betah bila ngobrol-ngobrol dengan putrinya itu.
Kini, kuliah Riska memasuki semester terakhir. Rencananya, September depan dia kembali ke Indonesia. Mak Wati berharap pendidikan tinggi yang diraih putri bungsunya itu dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Sumber : merdeka.com